DBR atau Debt to Equity Ratio merupakan salah satu rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat hutang suatu perusahaan terhadap modal sendiri atau ekuitasnya. Rasio ini juga sering disebut sebagai leverage ratio.
Dalam bahasa Indonesia, Debt to Equity Ratio berarti rasio hutang terhadap ekuitas. Dengan menggunakan rasio ini, investor dapat mengetahui sejauh mana perusahaan mengandalkan hutang untuk membiayai operasinya.
Cara Menghitung DBR
DBR dihitung dengan membagi total hutang perusahaan dengan total ekuitas yang dimilikinya. Rumusnya adalah sebagai berikut:
DBR = Total Hutang / Total Ekuitas
Contohnya, jika sebuah perusahaan memiliki total hutang sebesar Rp 1 miliar dan total ekuitas sebesar Rp 500 juta, maka DBR-nya adalah 2 (Rp 1 miliar / Rp 500 juta).
Interpretasi DBR
Setelah menghitung DBR, langkah selanjutnya adalah menafsirkan hasilnya. Ada beberapa hal yang bisa diambil dari DBR, yaitu:
- DBR yang rendah (kurang dari 1) menunjukkan bahwa perusahaan lebih banyak mengandalkan modal sendiri untuk membiayai operasinya. Hal ini bisa dianggap sebagai sinyal positif karena perusahaan tidak terlalu bergantung pada hutang.
- DBR yang tinggi (lebih dari 1) menunjukkan bahwa perusahaan lebih banyak mengandalkan hutang untuk membiayai operasinya. Hal ini bisa dianggap sebagai sinyal negatif karena perusahaan memiliki risiko yang lebih tinggi jika terjadi masalah keuangan.
Contoh Penggunaan DBR
Sebagai contoh, PT ABC memiliki total hutang sebesar Rp 2 miliar dan total ekuitas sebesar Rp 1 miliar. Maka DBR-nya adalah 2 (Rp 2 miliar / Rp 1 miliar).
Dari hasil tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa PT ABC lebih banyak mengandalkan hutang untuk membiayai operasinya. Hal ini tentu saja memiliki risiko yang lebih tinggi jika terjadi masalah keuangan.
Sebagai investor, Anda perlu mempertimbangkan DBR saat memilih saham. Perusahaan dengan DBR rendah cenderung lebih stabil dan memiliki risiko yang lebih rendah.
Kesimpulan
DBR atau Debt to Equity Ratio merupakan salah satu rasio keuangan yang penting untuk dipertimbangkan saat memilih saham. Dengan menghitung DBR, investor dapat mengetahui sejauh mana perusahaan bergantung pada hutang untuk membiayai operasinya.
DBR yang rendah cenderung lebih stabil dan memiliki risiko yang lebih rendah, sementara DBR yang tinggi memiliki risiko yang lebih tinggi jika terjadi masalah keuangan.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda yang ingin belajar mengenai DBR. Jangan lupa untuk selalu mempertimbangkan rasio keuangan lainnya dan melakukan riset yang lebih mendalam sebelum memutuskan untuk membeli saham.